Minggu, 07 Februari 2021

Broken Heart

 Pernahkah kamu berada di suatu hubungan, yang kalian lakukan hanyalah bertengkar untuk masalah sepele. Masing-masing dari kalian sama-sama belum dewasa, kalian tidak bisa mengalah. Ego berpadu dengan emosi. Masing-masing dari kalian tahu kalian saling mencintai, but when it gets hard, both of you can't even say sorry.


Aku, sedang berada dalam fase ini. Aku menyayanginya, namun aku sendiri bertindak seolah aku yang harus terus dihargai. Aku merasa aku sebagai korban, dia kuanggap tidak mencintaiku. Dia dingin, mudah baginya mengucap kata perpisahan ketika keadaan berubah tidak enak.


Aku berpegang pada opini, seharusnya kita saling minta maaf, seharusnya deru tangisku akan meluluhkan amarahnya, seharusnya dia berusaha mencariku, bukan aku yang mencarinya. Aku ingin menyalahkannya karena tidak men-treat-ku dengan baik, tapi itu merupakan egoku semata.


Aku selalu men-spam-nya ketika kita bertengkar, sulit bagiku ketika dia benar-benar marah padaku. Ia tidak bisa mejadi baik-baik saja ketika didiamkan, apabila aku ikut mendiamkannya hingga esok, maka esok ia juga akan tetap malas membalas whatsappku.


Marahnya harus reda karena tingkah konyolku, tangisku bukan apa-apa baginya. Entah sudah berapakali aku menangis. Terlalu sering hingga tak kuhitung. Ketika dia melihatku dalam kondisi terlemah, kurasa dia merasa baik-baik saja.


Aku lelah, namun enggan melepaskan. Dia selalu ingin melepaskan, menyuruhku mencari yang lain. Ego kita beradu. Saat ini aku hanya berharap kita tak saling melepaskan, namun memperbaiki.

Sabtu, 28 September 2019

Ruang Realita

Ruang Realita
Dewi Sri G.



Pandanganmu melawan hasratku
mencoba melewati batasku
seperti hendak membunuh nafasku
degupku dengan gencar menyiksa
entahlah, kurasa aku menikmatinya

Ketika sore ingin segera pergi
dan matahari lepas berganti
tawamu terus bergelak
kekonyolan hakiki adalah berbincang denganmu
deru vespa botot
helm buluk berbau parfum murahan
tertanam semua dalam sanubari perlahan
lenganku melingkari
jemariku terkunci dalam genggam
setiap ocehan, setiap gurauan
sampai aku lupa
gurat garis itu mengingatkan..
adzan, sayang
kau harus melaksanakan ibadahmu

kau turun
tersenyum laksana syahdu
sebentar, sayang
aku mengangguk
tercekat, menahan,
realita laksana bencana

Cepat lambat aku harus tahu
lingkaran milikmu bergaris merah ungu
jika menorehkan rasa ini salah
apakah semua sia-sia?

mungkin tak bisa bersatu
mungkin aku tak mau tahu
Ini perasaanku

Mei 2019.

Jumat, 21 September 2018

Insecurities

If you hear a word 'insecurity' or 'insecure' what would you think of?
less confident? ketidak-pede-an?
Well, that's what i feel right now.
aku merasa insecure dengan kondisi fisikku sekarang, merasa kurang cantik, merasa kenapa teman-temanku yang menurutku secara fisik dia biasa aja, bahkan  termasuk cewek yang cewawakan bisa disukai banyak cowok di sekolah, sedangkan aku enggak.
Sedikit cerita, waktu SMP saya agak 'berisi', i mean not 'skinny' as you see right now. Mungkin saya terlalu sensi dengan kata orang-orang yang bilang bahwa saya kelihatan lebih seger dan cantik dulu ketimbang sekarang.
Saya juga tipikal remaja yang suka dengan dunia makeup, saya akui bagi beberapa orang, apalagi yang merasa usianya di atas saya menganggap sebaiknya masa SMA ; nggakusahlah main-main makeup, kasihan kulitnya, masa sekolah pake makeup.

Well, actually... nggak mungkin kan saya ke sekolah full of eyeshadow di mata, blush on gonjreng? saya suka makeup dan dunia perskincare an ya karena memang saya tertarik. Saya merasa sebagai wanita, perlu yang namanya self-care, dan itu saya temukan dengan bisa makeup sendiri tanpa bantuan orang lain. Orangtua saya nggak melarang saya untuk bisa beli makeup, karena selama ini saya beli makeup ya yang wajar wajar aja (i mean harganya wkwk). Soal kondisi kulit, sedari SMP kulit saya sudah kulit badak. Bahkan, saya jerawatan saat masa-masa SMP untuk sekarang jerawatan ya wajar karena hormon.

Jujur, beberapa tanggapan orang mengenai saya sebagai remaja yang masih sekolah dan suka makeup agak bikin saya merasa insecure. Mungkin agak berlebihan sih, tapi saya kadang ngerasa apa iya temen saya banyak yang suka karena dia nggaksuka makeup? Nah, zaman ini pasti dong remaja main instagram? Saya memang sering ngeshare di instagram kalo saya lagi bikin makeup baik untuk saya sendiri maupun orang lain, apa iya karena temen saya selalu menampilkan natural beauty-nya makanya dia disukai banyak cowok?

Pemikiran ini nggak sehat. Sangat nggak sehat! Maka dari itu, saya berusaha untuk lebih positif lagi, kalau bisa kurang-kurangin lah mikir yang enggak-enggak, hehe :D
Sekarang sih saya merasa akan lebih baik saya menjadi diri saya sendiri, soal ada banyak cowok yang suka apa enggak, udahlah gak usah dipikir, sebenernya itu pun bukan hal yang penting untuk dipikir sekarang ini. Bener kan? Saya berusaha untuk tetap peka dengan lingkungan sekitar, tetap menerima masukan tapi nggak terlalu masukin ke hati, sebisa mungkin saya harus mengganggap orang yang ngasih masukan ya sekedar pengen saya jadi pribadi yang lebih baik. Makeup-an menor tapi masih SMA? Mungkin saya harus kurang-kurangin yang satu ini, tapi kalau ada yang minta dibantu makeup-in? Ya saya siap membantu :p