Ruang Realita
— Dewi Sri G.
Pandanganmu melawan hasratku
mencoba melewati batasku
seperti hendak membunuh nafasku
degupku dengan gencar menyiksa
entahlah, kurasa aku menikmatinya
Ketika sore ingin segera pergi
dan matahari lepas berganti
tawamu terus bergelak
kekonyolan hakiki adalah berbincang denganmu
deru vespa botot
helm buluk berbau parfum murahan
tertanam semua dalam sanubari perlahan
lenganku melingkari
jemariku terkunci dalam genggam
setiap ocehan, setiap gurauan
sampai aku lupa
gurat garis itu mengingatkan..
adzan, sayang
kau harus melaksanakan ibadahmu
kau turun
tersenyum laksana syahdu
sebentar, sayang
aku mengangguk
tercekat, menahan,
realita laksana bencana
Cepat lambat aku harus tahu
lingkaran milikmu bergaris merah ungu
jika menorehkan rasa ini salah
apakah semua sia-sia?
mungkin tak bisa bersatu
mungkin aku tak mau tahu
Ini perasaanku
Mei 2019.